ESDM Kaji Regulasi untuk Tekan Pengangguran Imbas Transisi Energi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui jika kebijakan transisi energi berpotensi meciptakan pengangguran baru. Salah satunya disebabkan oleh penutupan tambang batu bara yang berpotensi merumahkan pekerja.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, pihaknya tengah melakukan kajian untuk meminimalisir dampak pengurangan bahan bakar fosil kepada tenaga kerja beberapa dekade mendatang.
“Memang tidak bisa dipungkiri kalau batu baranya berkurang penggunaannya, maka berkurang juga dong tenaga kerjanya. Jadi sekarang di waktu transisi inilah kita siapkan,” ujar Dadan saat ditemui awak media di Gedung Kementerian ESDM, Rabu (11/10).
Salah satu upaya tersebut juga tertuang dalam dokumen perencanaan dan kebijakan investasi komprehensif alias comprehensive investment and policy plan (CIPP) Just Energy Transition Partnership (JETP). Dalam dokumen tersebut, terdapat pembahasan khusus terkait nasib para pekerja di sektor fosil pada era transisi energi.
“Di dalam dokumen CIPP JETP itu ada satu working group khusus membahas tentang hal tersebut, bahas tentang tenaga kerja, dan persiapannya bagaimana,” kata dia.
Sebagai informasi, JETP merupakan program pendanaan ini untuk membantu negara-negara berkembang melakukan transisi ke penggunaan energi kelistrikan yang lebih rendah karbon.
Industri Batu Bara Diprediksi Pangkas 1 Juta Pekerja
Sebelumnya, industri batu bara dunia diperkirakan kehilangan hampir 1 juta lapangan pekerjaan pada tahun 2050 akibat adanya transisi energi global. Riset juga menunjukkan bahwa Cina dan India akan menjadi negara yang mengalami kehilangan terbesar.